Beranda | Artikel
Surah Ali Imran Ayat 31 - Ayat Ujian
Kamis, 21 Oktober 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Surah Ali Imran Ayat 31 – Ayat Ujian adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Ayat-Ayat Ahkam. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Kamis, 15 Rabi’ul Awal 1443 H / 21 Oktober 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Surah Ali Imran Ayat 31 – Ayat Ujian

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Katakanlah: ‘Apabila kalian mencintai Allah,  maka ikutilah aku. Niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai kalian dan Allah mengampuni dosa-dosa kalian.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-Imran[3]: 31)

Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala berkata bahwa ayat ini dinamakan oleh sebagian ulama salaf dengan آية المحنه, yakni ayat ujian. Hal ini karena ada satu kaum yang mengklaim bahwa mereka mencintai Allah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan NabiNya untuk menentang mereka dengan timbangan ini.

Kalau dakwaan mereka itu benar maka hendaknya mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sama saja apakah dari kalangan orang-orang Yahudi, atau Nasrani, atau dari orang-orang munafik. Siapapun yang mengklaim mencintai Allah, maka dengan timbangan ini orang tersebut ditantang.

Adapun sekedar klaim, maka semuanya bisa mengklaim ada hubungan dengan Laila, sedangkan Laila tidak mengakuinya. Semua mengklaim cinta kepada Allah, karena klaim itu mudah. Akan tetapi pembahasannya adalah harus adanya bukti. Dan bukti itu harus ditunjukkan oleh orang yang mengklaim. Jika mereka betul-betul mencintai Allah, maka hendaknya mengikuti Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar mereka mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari hanya sekedar klaim belaka. Yakni mendapatkan anugerah yang besar berupa cinta Allah kepada mereka.

Inti permasalahannya adalah bukan engkau mencintai, tetapi bagaimana engkau dicintai. Adapun jika engkau mencintai kemudian engkau tidak dicintai, maka ini merupakan adzab.

Kisah Barirah dan Mughits

Perhatikan kepada peristiwa yang terjadi di zaman Rasul tentang Barirah dan Mughits yang mereka berdua adalah budak. Kemudian Barirah dimerdekakan. Barirah membenci suaminya sedangkan Mughits betul-betul sangat mencintai istrinya. Maka Mughits merasa tersiksa dengan kecintaannya kepada Barirah.

Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan pilihan: “Pilihlah olehmu untuk dirimu.” Artinya boleh tetap bersama dengan suaminya atau berpisah.

Maka Mughits menangis di jalan-jalan kota Madinah. Suaminya meminta agar Barirah tidak meninggalkannya. Maka Mughits mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, berilah syafaat untukku di sisinya.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berbicara kepada Barirah: “Kembalilah kamu ke suamimu.”

Barirah menjawab: “Wahai Rasulallah, seandainya engkau memerintahkanku untuk kembali, maka aku akan mentaatimu. Tetapi kalau engkau hanya memberikan isyarat saja, maka aku tidak membutuhkan dia lagi.”

Kita lihat bagaimana taatnya para sahabat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Walaupun berat di hati tapi ketika ini adalah perintah Rasul, maka tetap dilaksanakan.

Kemudian ketika ditanya demikian, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Aku mengisyaratkan saja.” Kemudian Barirah berkata: “Tidak ada hajat aku terhadapnya.” (HR. Bukhari)

Syaikh Utsaimin membawakan kisah ini adalah untuk menjelaskan kepada kita bahwa urusannya bukan hanya sekedar mencintai. Karena semua orang bisa mengklaim. Tapi urusannya adalah kita dicintai atau tidak.

Mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Menit ke-18:36 Makna ‘ikutilah aku’ adalah ikutilah aku diatas syariatku. Yakni mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari sisi aqidah, ucapan, perbuatan dan meninggalkan sesuatu. Barangsiapa yang mengikuti Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan empat hal ini, maka dia telah benar dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan barangsiapa yang menyelisihi Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam empat hal ini, maka cintanya tidak benar.

Mengikuti Rasul dari sisi aqidah artinya bahwa aqidah kita harus sesuai dengan aqidah yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat berada diatasnya. Yaitu tanpa tahrif (mengubah), tanpa ta’thil (penolakan), tanpa takyif (menanyakan bagaimananya), tanpa tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluknya), tanpa ada keraguan. Tetapi harus dengan keimanan sempurna yang tidak dicampuri dengan seluruh kotoran.

Mengikuti ucapan Rasul artinya tidak menambah dan tidak mengurangi dari apa yang telah datang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berupa perkataan-perkataan.

Mengikuti Rasul dari sisi perbuatan maknanya demikian juga tidak boleh ditambah-tambah dan tidak boleh dikurang-kurang.

Adapun mengikuti Rasul dari sisi meninggalkan maksudnya adalah tidak melakukan apa yang tidak pernah dilakukan/dicontohkan oleh Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kalau melakukan ibadah dengan sesuatu yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, walau dia berkata ‘cinta Rasul’, maka klaimnya itu dusta.

Kalau engkau benar-benar mencintainya, niscaya kau akan betul-betul mengikutinya. Oleh karena itu kita bisa dapati seseorang yang cinta (nge-fans) dengan orang lain, maka dia akan mengikuti orang tersebut.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari Download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Ayat Ujian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50916-surah-ali-imran-ayat-31-ayat-ujian/